Source: http://caramembuat524.blogspot.com/2014/01/cara-agar-blog-tidak-bisa-di-copy-paste.html

Kamis, 03 Juli 2014

Presipitasi - PAH - ABSAH


2.1  Hujan (Presipitasi)

Presipitasi atau biasa disebut dengan Hujan adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang. Presipitasi adalah peristiwa klimatik yang bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses kondensasi. Presipitasi merupakan factor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi di suatu wilayah DAS (merupakan elemen utama yang perlu diketahui medasari pemahaman tentang kelembaban tanah, proses resapan air tanah dan debit aliran ). Presipitasi mempunyai banyak karakteristik yang dapat mempengaruhi produk air suatu hasil perencanaan pengelolaan DAS. Besar kecilnya presipitasi, waktu berlangsungnya hujan dan ukuran serta intensitas hujan yang terjadi baik secara sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi akan mempengaruhi kegiatan pembangunan ( proyek ). Jumlah presipitasi selalu dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm). salju, es, hujan dan lain-lain juga dinyatakan dengan dalamnya (seperti hujan) sesudah di cairkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi presipitasi:
1. Kelembapan udara
2. Energi matahari 
3.  Angin, dan
4. Suhu udara.

2.2  Pemanfaatan air hujan dengan bangunan Pemanenan Air Hujan (PAH)

Pemanenan air hujan (PAH) merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih (UNEP, 2001; Abdulla et al., 2009). Air hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama di daerah yang tidak terdapat sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah serta tidak tersedia air tanah (Abdulla et al., 2009). Berdasarkan UNEP (2001), beberapa keuntungan penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih adalah sebagai berikut:

1.         Meminimalisasi dampak lingkungan: penggunaan instrumen yang sudah ada (atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain) dapat menghemat pengadaan instrumen baru dan  meminimalisasi dampak lingkungan. Selain itu meresapkan kelebihan air hujan ke tanah dapat mengurangi volume banjir di jalan-jalan di perkotaan setelah banjir;
2.         Lebih bersih: air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi persyaratan sebagai air baku air bersih dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut;
3.         Kondisi darurat : Air hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting penggunaannya pada saat darurat atau terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama pada saat terjadi bencana alam. Selain itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa membutuhkan sistem penyaluran air;
4.         Sebagai cadangan air bersih: pemanenan air hujan dapat mengurangi kebergantungan pada sistem penyediaan air bersih;
5.         Sebagai salah satu upaya konservasi; dan
6.         Pemanenan air hujan merupakan teknologi yang mudah dan fleksibel dan dapat dibangun sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan, operasional dan perawatan tidak membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian tertentu.

Selain beberapa keuntungan di atas, terdapat sejumlah keterbatasan dalam pemanenan air hujan. Maka dari itu sebelum mengembangkan sistem pemanenan air hujan, faktor-faktor berikut perlu dipertimbangkan:
1.    Luas daerah tangkapan hujan dan kapasitas penyimpanan seringkali berukuran kecil atau terbatas, dan pada saat musim kering yang panjang tempat penyimpanan air mengalami kekeringan;
2.    Pemeliharaan sistem pemanenan air hujan lebih sulit dan jika sistem tidak dirawat dengan baik dapat berdampak buruk pada kualitas air hujan yang terkumpul;
3.    Pengembangan sistem pemanenan air hujan yang lebih luas sebagai salah satu alternatif sumber air bersih dapat mengurangi pendapatan perusahaan air minum;
4.    Sistem pemanenan air hujan biasanya bukan merupakan bagian dari pembangunan gedung dan tidak/jarang ada pedoman yang jelas untuk diikuti bagi pengguna atau pengembang;
5.    Pemerintah belum memasukkan konsep pemanenan air hujan dalam kebijakan pengelolaan sumber daya air dan masyarakat belum terlalu membutuhkan instrument pemanenan air hujan di lingkungan tempat tinggalnya;
6.    Tangki penyimpanan air hujan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan serangga seperti nyamuk;
7.    Curah hujan merupakan factor yang penting dalam operasional system pemanenan air hujan. Wilayah dengan musim kering yang lebih panjang maupun dengan curah hujan yang tinggi  membutuhkan alternatif sumber air atau tempat penampungan yang relatif besar.


Tipe Sistem Pemanenan Air Hujan
Menurut UNEP (2001), beberapa system PAH yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:
1.         Sistem atap (roof system) menggunakan atap rumah secara individual memungkinkan air yang akan terkumpul tidak terlalu signifikan, namun apabila diterapkan secara masal maka air yang terkumpul sangat melimpah;
2.         System permukaan tanah (land surface catchment areas) menggunakan permukaan tanah merupakan metode yang sangat sederhana untuk mengumpulkan air hujan. Dibandingkan dengan sistem atap, PAH dengan sistem ini lebih banyak mengumpulkan air hujan dari daerah tangkapan yang lebih luas. Air hujan yang terkumpul dengan sistem ini lebih cocok digunakan untuk pertanian, karena kualitas air yang rendah. Air ini dapat ditampung dalam embung atau danau kecil. Namun, ada kemungkinan sebagian air yang tertampung akan meresap ke dalam tanah.

2.3  Pemanfaatan air hujan dengan bangunan Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH)

Bangunan ABSAH adalah bangunan penyediaan yang dibuat tertutup rapat dengan memanfaatkan air hujan yang disimpan dan mengalir di dalam akuifer buatan yang kemudian ditampung di dalam reservoir. Bangunan penyediaan air baku mandiri yang merupakan modifikasi terhadap bangunan PAH (Penampung/Pemanenan Air Hujan) atau yang serupa, untuk memanfaatkan air hujan. Bangunan ABSAH memang dibikin tertutup rapat hal ini bertujuan supaya sinar matahari tidak bisa masuk ke dalam bangunan akuifer buatan dan reservoir sehingga tidak bisa terbentuk ganggang serta untuk menjaga temperatur air tetap konstan.

  
Bangunan ABSAH terdiri dari 4 bak:
v  Bak pemasukan air dengan penyaringan bantalan kerikil dan pasir, dimana air yang tertangkap oleh atap bangunan dimasukkan ke dalamnya melalui talang.
v  Bak akuifer buatan, adalah lapisan pembawa air atau air tanah buatan yang dibuat menirukan kondisi akuifer (air tanah ) alami, berupa bak yang dibentuk dan diisi dengan material pasir, kerikil, pasir laut, arang, hancuran bata merah, arang, kapur, ijuk dan bahan lainnya, dan diisi air melalui talang dan berasal dari curah hujan yang tertangkap oleh atap bangunan atau bangunan penangkap lainnya. Aliran air yang timbul di dalam lapisan tersebut terjadi karena terdapatnya perbedaan tinggi tekan yang diakibatkan oleh pengambilan air.
v  Bak penyimpan air atau reservoir, dan
v  Bak Pengambilan air

  
Fungsi setiap bagian bangunan ABSAH :
Ø  Fungsi akuifer buatan adalah sebagai filter dan penambah mineral melalui kontak air dengan butiran material akuifer yang diusahakan selama mungkin, dengan memperlama waktu perlintasan air dan panjang perlintasan airnya sedikit.
Ø  Fungsi bak penyimpan air adalah untuk menampung air yang lebih bersih dari air aslinya.
Ø  Fungsi bak pemasukan air adalah untuk memasukkan air yang tertangkap oleh atap bangunan melalui talang yang selanjutnya air mengalir melalui akuifer buatan dan tertampung di bak tampungan.

Ø  Fungsi bak pengambilan air adalah untuk mengambil air dengan menggunakan berbagai cara, misalnya menggunakan ember dan kerekan atau pompa berkapasitas kecil. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar