Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber
daya yang sangat penting dan vital bagi kehidupan mahluk hidup. Tanpa adanya
air mungkin aktifitas yang dilakukan manusia terganggu. Oleh sebab itu perlu
ada usaha untuk mempertahankan siklus air (siklus hidrologi) tersebut agar
manusia bisa terhindar dari krisis air yang berkepanjangan. Konsep
hidrologi ini dimulai dengan penguapan air di laut. Uap yang dihasilkan dibawa
oleh udara yang bergerak, dan dalam kondisi yang memungkinkan uap tersebut
terkondensasi membentuk awan, yang pada akhirnya dapat menghasilkan
presipitasi. Presipitasi yang jatuh ke bumi menyebar dengan arah yang
berbeda-beda dalam beberapa cara. Sebagian besar dari presipitasi tersebut
untuk sementara tertahan pada tanah di dekat tempat ia jatuh, dan akhirnya
dikembalikan lagi ke atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan pemeluhan
(transpirasi) oleh tanaman. Sebagian air mencari jalannya sendiri melalui
permukaan dan bagian atas tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus masuk
lebih jauh ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah (ground water).
Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik aliran permukaan (surface streamflow)
maupun air dalam tanah bergerak menuju tempat yang lebih rendah yang akhirnya
dapat mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar air permukaan dan air bawah tanah
dikembalikan ke atmosfer oleh penguapan dan pemeluhan (transpirasi) sebelum
sampai ke laut.
Dalam bidang konservasi tanah, infiltrasi merupakan komponen
yang sangat penting karena masalah konservasi tanah pada azasnya adalah
pengaturan hubungan antara intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi, serta
pengaturan aliran permukaan. Aliran permukaan hanya dapat diatur dengan
memperbesar kemampuan tanah menyimpan air, utamanya dapat ditempuh melalui
perbaikan atau peningkatan kapasitas filtrasi. Kapasitas infiltrasi merupakan
laju maksimum air yang dapat masuk ke dalam tanah pada suatu saat . Apabila kapasitas
infiltrasi lebih kecil dari intensitas hujan, dapat menyebabkan terjadinya
banjir dan erosi. Air tanah adalah salah satu fase dalam daur hidrologi, yakni
suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer, penguapan dari darat atau laut atau
air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanah
atau badan air dan penguapan kembali. Dari daur hidrologi tersebut dapat
dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk
topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tumbuhan penutup, serta
manusia yang berada di permukaan. Akan tetapi para pakar keairan mengatakan
bahwa pada pertengahan abad XXI, Indonesia akan mengalami krisis air yang
mengkhawatirkan terutama pusat-pusat wilayah kota dan wilayah perindustrian. Hal
ini sangat mengagetkan karena Indonesia merupakan wilayah tropis, memiliki
curah hujan yang tinggi dan dilihat dari letak geografi pun Indonesia tergolong
sebagai wilayah yang istimewa dikarenakan sinar mataharinya berlimpah yang
secara otomatis dapat memperlancar proses penguapan, serta mempunyai dua musim
(kemarau dan penghujan), tanah volkanik yang subur dan banyak lagi factor-faktor
yang membuat kita tidak percaya bahwa Indonesia akan mengalami krisis air.
Namun pertengahan abad XX pusat-pusat pertumbuhan mulai muncul serta memanfaatkan
kondisi alam yang ada sehingga bedirilah
pusat-pusat perdagangan, pusat pemerintahan yang membutuhkan infrastruktur yang
sangat banyak dan beranekaragam. Dengan tumbuh berkembangnya manusia kearah
modernisasi ada dampak kerugian yang terjadi terhadap sumberdaya alam khususnya
air, keterbatasan daya dukung untuk upaya menjaga ekosistem menjadikan
terganggunya keseimbangan antara masuknya air kedalam tanah (infiltrasi) dengan
potensi air yang mengalir secara langsung kelaut serta proses menguapnya air
(evapotranspirasi). Coba kita bandingankan kenyataan sekarang dengan kenyataan
yang ada pada 20 tahun yang lalu, sungai-sungai pada musim kemarau tidak pernah
kering, ikan yang hidup didalamnya pun tergolong masih beraneka ragam maka dari
situ pun bisa kita bisa simpulkan mengenai kwalitas airnya. Hal yang terbalik
bisa kita simak pada saat ini yaitu sungai-sungai menjadi sarana pembuangan
limbah rumah tangga, tempat sampah dan bahkan dimanfaatkan untuk pemukiman oleh
manusia yang lupa untuk menjaga siklus hidrologi tersebut.
Manusia, menjadi salah satu factor yang menjadikan
terganggunya siklus hidrologi yang ada dibumi ini. Pengekploitasi besar-besaran
untuk menunjang kehidupan membuat kurangnya daerah resapan air didaerah
perkotaan terutama didaerah kawasan industry seperti Jakarta utara (marunda).
Banyak gedung-gedung bertingkat yang kokoh berdiri, pabrik-pabrik ekspor impor
bermunculan akan tetapi semua itu tidak dibarengi dengan pembentukan daerah
resapan air guna untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Memang jika kita lihat
dari sudut pandang ekonomi, daerah Jakarta utara tergolong sebagai daerah yang
komersilnya bernilai tinggi, hal ini terjadi dikarenakan didaerah tersebut merupakan
pintu antara Jakarta (ibu kota) dengan pulau-pulau yang ada diindonesia ataupun
dengan Negara-negara lain yang ada didunia. Akan tetapi alasan tersebut tidak
lah bisa kita jadikan pendirian untuk membangun suatu bangunan/pabrik akan
tetapi alangkah lebih baiknya kita barengi dengan pembuatan daerah resapan air,
dan penanaman pohon dilingkungan tempat tinggal atau pun kawasan industry.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan
infiltrasi?
Bagaimana proses
terjadinya infiltrasi?
Faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi infiltrasi?
Masalah apa yang
ditimbulkan akibat terganggunya proses infiltrasi?
1.3 Pembatasan Masalah
Mengenai laju infiltrasi pada tanah yang
bertekstur lembab.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengkaji tentang pengaruh sifat fisik tanah terhadap laju
infiltrasi didaerah industry (Marunda).
1.5 Manfaat
Diperoleh informasi
tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju infiltrasi didaerah
industry (marunda).
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Siklus Hidologi
Siklus hidrologi adalah rangkaian
peristiwa yang terjadi saat air dari awan jatuh ke bumi hingga menguap ke udara
untuk kemudian jatuh lagi ke bumi (Arsyad 1989). Menurut Asdak (2004), air
hujan yang mencapai permukaan sebagian akan terserap ke dalam tanah
(infiltrasi). Sedangkan air hujan yang tidak terserap dalam cekungan-cekungan
permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas
permukaan tanah yang lebih rendah menjadi aliran permukaan untuk selanjutnya
masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler
yang selanjutnya akan membentuk kelembaban air tanah. Apabila tingkat
kelembaban air tanah telah jenuh maka air hujan yang masuk ke dalam air tanah
akan bergerak secara lateral (horisontal) untuk selanjutnya pada tempat
tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah danakhirnya mengalir ke sungai.
Alternatif lain, air hujan yang masuk ke dalam dan menjadi bagian dari air
tanah (groundwater). Air tersebut akan mengalir pelanpelan ke sungai, danau
dan tempat penampungan air alamiah (baseflow).
Gambar-1. Siklus Hidrologi
2.2 Air Tanah
Air
tanah berasal dari air hujan akan yang tertahan oleh tanah sehingga pada waktu
tertentu, tanah tidak dapat meresapnya. Disamping itu, akan terjadi percampuran
dengan bahan mineral dan bahan organik. Keberadaan air dalam tanah akan
tertahan atau terserap oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air,
atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan
oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan grafitasi.
Kelebihan
dan kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Kegunaan
air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
1. Sebagai
unsur hara tanaman
Tanaman memerlukan air
dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses
fotosintesis.
2. Sebagai
pelarut unsur hara.
Unsur hara yang terlarut dalam air
diserap dalam air diserap oleh akar-akar
tanaman dari larutan tersebut.
3. Sebagai
bagian dari sel-sel tanaman.
Persediaan
air dalam tanah tergantung dari:
1) Banyaknya
curah hujan atau air irigasi.
2) Kemampuan
tanah menahan air.
3) Besarnya
evapotranspirasi.
4) Tingginya
muka air tanah (Hardjowigeno 2003).
Daerah atau wilayah dimana air yang
berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses
penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau
celah/rekahan pada tanah/batuan. Proses penyusupan air ini kemudian
berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau
struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeable). Titik akumulasi
ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali
disebut sebagai daerah luahan air tanah (discharge zone).
Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini
akan mengalir secara gravitasi karena perbedaan tekanan, control struktur
batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran air
tanah. Daerah aliran air tanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow
zone). Dalam perjalananya aliran air tanah ini seringkali melewati suatu lapisan
akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeable).
Hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara air tanah yang berada di bawah
lapisan penutup dan air tanah yang berada diatasnya. Perubahan tekanan inilah
yang didefinisikan sebagai air tanah tertekan (confined aquifer) dan air
tanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan
air tanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk,
sedangkan air tanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus
lapisan penutupnya. Air tanah bebas (water table) memiliki karakter berfluktuasi
yang berbeda terhadap iklim sekitar, mudah tercemar dan cenderung memiliki
kesamaan karakter kimia dengan air hujan. Kemudahannya untuk didapatkan membuat
kecenderungan disebut sebagai air tanah dangkal (Rully 2007)
Gambar-2.
Distribusi Air Tanah
2.3 Struktur tanah
Menurut staf pengajar
Ilmu Tanah UGM (2008) struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan
mikro. Struktur makro/struktur lapisan bawah tanah yaitu pnyusunan
agregat-agregar tanah yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan struktur mikro
ialah penyusunan butir-butir primer tanah kedalam butir-butir majemuk atau
agregat-agregat yang satu sama lain dibatasi oleh bidang-bidang alami. Meskipun
terdapat berbagai kemungkinan butir-butir primer menjadi agregat-agregat akan
tetapu dapat dibedakan berdasarkan penyusunan tertentu. Menurut Hasibuan (2005)
struktur tanah dibedakan atas:
a)
Bentuk butir : Bentuk ini terdiri dari
agregat-agregat kecil yang keras atau lunak, bersudut atau membulat, bersifat
porous.
b)
Bentuk Remah : Terdiri dari
agregat-agregat kecil berpori. Umumnya lunak, bentuk tidak tentu. Bentuk struktur
dan remah merupakan struktur yang baik karena lebih berpori dan mempunyai
kemampuan menyimpan air dan udara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman.
c)
Bentuk Lempeng : Merupakan
keeping-keping dimana sumbu vertical lebih kecil dari sumbu horizontal.
d)
Bentuk Prisma : Merupakan
kesatuan-kesatuan struktur yang mempunyai sumbu vertical lebih panjang dari
sumbu horizontal dan bagian atasnya rata.
e)
Bentuk Tiang : Bentuk seperti tiang,
sumbu vertical lebih besar dari sumbu horizontal, bagian atasnya membulat.
f)
Bentuk Gompal : Bentuk seperti kubus dan
dibedakan menjadi gumpal bersudut dan gumpal membulat. Gumpal bersudut
bentuknya seperti kubus dengan sudut-sudut tajam, gumpal membulat bentuknya
seperti kubus dengan sudut-sudut membulat.
Kemantapan
struktur tanah dapat dibedakan menjadi :
1. Non
struktur, yaitu tidak ada dampak adanya suatu bentuk tertentu, keseluruhannya
biasa bebentuk lepas seperti pasir atau pejal dan padat.
2. Lemah,
yaitu tingkat perkembangan masih lemah kesatuan struktur kurang nyata dan
butiran-butiran tanah mudah hancur.
3. Sedang,
yaitu tingkat perkembangan tanah dimana kesatuan-kesatuan struktur mempunyai
bentuk nyata, struktur tanah agak sukar hancur.
4. Kuat,
yaitu butir-butir tanah telah memperlihatkan bentuk nyata dan struktur tanah
kuat dan sukar hancur (Hardjowigeno, 1989).
Struktur
tanah dikatakan mempunyai struktur tanah yang baik apabila tanah-tanah yang
mempunyai tata udara dan daya air yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia
dan mantap, tidak mudah rusak oleh pukulan-pukulan air hujan sehingga pori-pori
tanah tidak cepat tertutup. Struktur tanah yang baik umumnya dijumpai pada
tanah yang bestruktur remh butiran karena pada struktur ini terdapat
keseimbangan yang baik antara udara dengan air (Seyhan, 2005).
2.4 Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relative jumlah fraksi pasir, debu dan liat. Gabungan dari
ketiga fraksi ini menentukan kelas tekstur tanah. Tekstur tanah adalah
merupakan sifat disik tanah yang tidak banyak berubah walaupun proses
pembentukan tanah berlangsung secara aktif. Tanah yang berpasir atau berliat
akan terus berpasir dan berliat pada jangka waktu yang lama (Saidi, 2006).
Tanah yang bertekstur
pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap atau menahan
air dan unsure hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Tanah
yang mengandung debu lebih kuat menyerap air dibandingkan dengan tanah
berpasir. Karena pori-porinya kecil. Daya meresapkan air perlahan-lahan,
sehingga air lama diserap oleh tanah, sedangkan tanah-tanah bertekstur liat
mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara lebih tinggi. Tanah-tanah yang mengandung liat dan
bercampur dengan sejumlah debu menghasilkan tanah yang bertekstur halus. Tanah
seperti ini pada umumnya mempunyai pergerakan air dan pertukatan lambat,
bersifat plastis dan lekat jika basah sehingga sukar diolah (Hasibuan, 2005).
Tipe-tipe tanah (pasir,
debu, dan liat) dapat mengontrol laju infiltrsi. Sebagai contoh, permukaan
tanah yang berpasir secara umum memiliki laju infiltrasi yang tinggi dari pada
permukaan tanah liat. Kenyataannya pada beberapa pengamatan kapasitas
infiltrasi pada fraksi pasir adalah lebih besar dibandingkan dengan fraksi
liat, hal ini memang dipengaruhi oleh karena litany kaya akan pori yang halus
tetapi miskin akan pori yang besar. Sebaliknya pasir miskin akan pori halus
namun kaya akan pori besar (Juanda et al, 2003).
Tanah liat banyak
mengandung mineral liat motmorillonit dan ilit, tanah ini ditunjukan oleh
adanya lapisan permukaan tanah yang pecah-pecah. Semakin besar kandungan liat
dan semakin banyak bahan organic tanah semakin besar air yang mampu ditahan
atau disimpan oleh tanah. Banyaknya air yang tersimpan didalam tanah juga
dipeng/aruhi oleh kondisi profil tanah dan permeabilitas tanahnya. Profil tanah
yang dalam dan permeabilitas tanah yang baik (sedang-cepat) memungkinkan air
permukaan dapat masuk lebih dalam kedalam tanah dan mengisi pori-pori dan
rongga-rongga yang ada jauh didalam tanah (Moehansyah, 2006). Menurut Hasibuan
(2005) klasifikkasi kelas tekstur tanah dapat disajikan pada table 1 sebagai
berikut :
No
|
Nama
Tekstur
|
Pasir
(%)
|
Debu
(%)
|
Liat
(%)
|
1
|
Pasir
|
85
– 100
|
0
– 15
|
0
– 10
|
2
|
Lempeng liat berpasir
|
45
– 80
|
0
– 28
|
20
– 35
|
3
|
Pasir Berlempung
|
70
– 90
|
0
– 39
|
10
– 15
|
4
|
Lempung Berpasir
|
43
– 80
|
0
– 50
|
0
– 20
|
5
|
Lempung
|
23
– 52
|
28
– 50
|
7
– 27
|
6
|
Lempung Berdebu
|
0
– 52
|
50
– 88
|
0
– 27
|
7
|
Debu
|
0
– 20
|
88
– 100
|
0
– 12
|
8
|
Lempung Liat Berdebu
|
0
– 20
|
40
– 73
|
27
– 40
|
9
|
Lempung Berliat
|
20
– 45
|
15
– 53
|
27
– 40
|
10
|
Liat Berpasir
|
45
– 65
|
0
– 20
|
35
– 45
|
11
|
Liat Berdebu
|
0
– 20
|
40
– 60
|
40
– 60
|
12
|
Liat
|
0
– 45
|
0
– 40
|
40
– 100
|
Tabel
1. Klasifikasi Tekstur Tanah
2.5 Infiltrasi
Salah
satu proses yang berkaitan dengan distribusi air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi adalah infiltrasi. Infiltrasi adalah proses masuk atau meresapnya air dari
atas permukaan tanah ke dalam bumi. Sedangkan perkolasi merupakan kelanjutan
aliran air ke tanah yang lebih dalam. Jadi dengan kata lain infiltrasi terjadi
akibat pengaruh gaya kapiler (gerak air kearah lateral) dan untuk proses
perkolasi dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi bumi.
Kadar air tanah (water
storage) merupakan selisih masukan air tawar (water gain) dari
presipitasi (meliputi hujan, salju, kabut) yang menginfiltrasi tanah ditambah
hasil kondensasi (oleh tanaman dan tanah) dan adsorpsi (oleh tanah) dikurangi
air yang hilang (water loss) lewat evapotranspirasi, aliran permukaan,
perkolasi dan rembesan lateral.
Perhatikan gambar
berikut :
Gambar-3.
Ilustrasi Distribusi Air Hujan Kedalam Tanah (Infiltrasi dan Porkulasi)
Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam tanah dinamakan
kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan
melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya, apabila
intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi
sama dengan laju curah hujan. Dibawah pengaruh gaya gravitasi, air hujan
mengalir vertikal kedalam tanah melalui profil tanah. Dengan demikian,
mekanisme infiltrasi melibatkan tiga proses yang tidak saling mempengaruhi
(Asdak, 2002):
a.
Proses masuknya air hujan melalui pori-pori
permukaan tanah.
b.
Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.
c. Proses
mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas).
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan
tanah, pada kedalam tertentu, pada lahan kosong atau pada lahan bervegetasi.
Walaupun satuan infiltrasi serupa dengan konduktivitas hidraulik, terdapat
perbedaan antara keduanya. Hal itu tidak bisa secara langsung dikaitkan kecuali
jika kondisi batas hidraulik diketahui, seperti kemiringan hidraulik dan aliran
air lateral atau jika dapat diperkirakan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan
dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter
perjam. Laju infiltrasi memiliki kegunaan seperti studi pembuangan limbah cair,
evaluasi potensi lahan tanki septik, efisiensi pencucian dan drainase,
kebutuhan irigasi, penyebaran air dan imbuhan air tanah, dan kebocoran saluran
atau bendungan dan kegunaan lainnya (Kirkby, M.J., 1971).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
laju infiltrasi adalah:
1. Tekstur
tanah
2. Kerapatan
massa (bulk density)
3. Permeabilitas
4. Kadar
air tanah dan
5. Vegetasi.
Semakin rendah nilai kerapatan massa (bulk density)
tanah, semakin besar volume pori tanah, dan semakin lemah tanahnya maka laju
infiltrasi akan semakin besar. Bila ditinjau dari sudut vegetasi maka semakin
besar penetrasi akar, semakin besar daya serap akar, semakin tinggi akumulasi
bahan organik tanah maka laju infiltrasi akan semakin besar.
Tanah
yang berbeda-beda menyebabkan air meresap dengan laju yang berbeda-beda. Setiap
tanah memiliki daya resap yang berbeda, yang diukur dalam millimeter perjam
(mm/jam). Jenis tanah berpasir umumnya cenderung mempunyai laju infiltrasi
tinggi, akan tetapi tanah liat sebaliknya, cenderung mempunyai laju infiltrasi
rendah. Jumlah dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori-pori yang
berukuran besar. Makin banyak pori-pori besar maka kapasitas infiltrasi makin
besar pula. Atas dasar ukuran pori tersebut, liat kaya akan pori halus dan
miskin akan pori besar. Sebaliknya fraksi pasir
banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus. Dengan demikian kapasitas
infiltrasi pada tanah-tanah pasir jauh lebih besar daripada tanah liat.
Tanah-tanah
yang bertekstur kasar menciptakan struktur tanah yang ringan. Sebaliknya
tanah-tanah yang terbentuk atau tersusun dari tekstur tanah yang halus
menyebabkan terbentuknya tanah-tanah yang bertekstur berat. Tanah dengan
struktur tanah yang berat mempunyai jumlah pori halus yang banyak dan miskin
akan pori besar. Sebaliknya tanah yang ringan mengandung banyak pori besar dan
sedikit pori halus. Dengan demikian kapasitas infiltrasi dari kedua jenis tanah
tanah tersebut akan berbeda pula, yaitu tanah yang berstruktur ringan kapasitas
infiltrasinya akan lebih besar dibandingkan dengan tanah-tanah yang berstruktur
berat (Saifuddin, 1986).
Infiltrasi merupakan interaksi kompleks antara intensitas
hujan, karakteristik dan kondisi permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh
terhadap kesempatan air untuk masuk ke dalam tanah. Bila intensitas hujan lebih
kecil dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi, maka semua air mempunyai
kesempatan untuk masuk ke dalam tanah. Sebaliknya, bila intensitas hujan lebih
tinggi dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi, maka sebagian dari air yang
jatuh di permukaan tanah tidak mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam tanah,
dan Infiltrasi merupakan interaksi kompleks antara intensitas hujan,
karakteristik dan kondisi permukaan tanah. Berkurangnya infiltrasi air kedalam
tanah, terutama pada kawasan resapan air (recharge area), dapat
mengurangi kembalian air bawah tanah (ground water), sehingga banjir dan
kekeringan merupakan akibat dari peristiwa tersebut. Air hujan yang jatuh di
permukaan tanah akan mengalami evaporasi, infiltrasi, perkolasi, dan air yang
mengalir diatas permukaan tanah sebagai limpasan permukaan. Sejumlah air hujan
disimpan dalam tanah sebagai air tanah (ground water storage) dan air
bumi (ground water) yang pada suatu saat dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Sejumlah besar air yang jatuh diatas tanah hilang karena aliran
permukaan. Dalam keadaan demikian ada dua hal yang perlu diperhatikan: (1)
kehilangan air yang seharusnya masuk ke dalam tanah dan mungkin dapat digunakan
tanaman; dan (2) hilangnya tanah yang biasa terjadi bila air hilang terlalu
cepat. Lepas dan tesangkutnya tanah disebut erosi (Soepardi, 1983).
2.5.1 Proses Terjadinya Infiltrasi
Ketika air hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau
seluruh air hujan tersebut masuk ke dalam tanah melalui pori-pori permukaan
tanah. Proses masuknya air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh potensial
gravitasi dan potensial matriks tanah. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi
oleh potensial gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori tanah. Di
bawah pengaruh potensial gravitasi, air hujan mengalir tegak lurus ke dalam
tanah melalui profil tanah. Pada sisi yang lain, potensial matriks bersifat
mengalirkan air tersebut tegak lurus ke atas, ke bawah, dan ke arah horizontal.
Potensial matriks tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan pori-pori relatif
kecil, pada tanah dengan pori-pori besar potensial ini dapat diabaikan
pengaruhnya dan air mengalir ke tanah yang lebih dalam oleh pengaruh gravitasi.
Dalam perjalanannya, air juga mengalami penyebaran ke arah lateral akibat
tarikan gaya kapiler tanah, terutama ke arah tanah dengan pori-pori yang lebih
kecil (Asdak, 1995).
2.5.2 Evaluasi Laju Infiltrasi
Arsyad (2000) menyatakan laju infiltrasi ditentukan oleh
besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Selama intensitas hujan
(laju penyediaan air) lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju
infiltrasi sama dengan intensitas hujan.
Model
laju infiltrasi (infiltration rate) menurut Philip merupakan persamaan
empiris yang bergantung pada waktu (time dependent equation). Philip
mengajukan model persamaan infiltrasi:
𝑓𝑝=𝐶+𝐷𝑡−0,5……………………………………………………………
(1)
Dimana:
fp
= kapasitas infiltrasi (mm/ menit)
C,
D = konstanta yang dipengaruhi oleh faktor lahan dan kadar air tanah awal.
t
= waktu (menit)
Infiltrasi
kumulatif diperoleh dengan mengintegralkan persamaan (1) untuk periode
tertentu, mulai dari t = 0 sampai dengan t = t.
𝐹=
∫(𝐷𝑡−0,5+𝐶 )𝑡0.𝑑𝑡=𝐶.𝑡+2𝐷𝑡0.5
....................................................... (2)
Sehingga
persamaan infiltrasi kumulatif Philip dapat ditulis:
𝐹−𝐶.𝑡=2 𝐷𝑡0,5
....................................................................................
(3)
Proses
pengepasan dari persamaan di atas dapat dilakukan dengan menggunakan data dari
dua interval waktu, yaitu t1dan t2 serta dua nilai dari infiltrasi kumulatif
pada interval tersebut, yaitu F1 dan F2 sehingga:
𝐹1−
𝐶𝑡1=2 𝐷𝑡1 0,5
.................................................................................
(4)
𝐹2−
𝐶𝑡2=2 𝐷𝑡2 0,5
.................................................................................
(5)
Untuk
mendapatkan nilai D maka dilakukan eliminasi:
(𝐹1− 𝐶𝑡1=2 𝐷𝑡1 0,5) × 𝑡2 (𝐹2− 𝐶𝑡2=2 𝐷𝑡2 0,5)×𝑡1 𝐹1− 𝐶𝑡1𝑡2=2 𝐷𝑡1 0,5𝑡2 𝐹1− 𝐶𝑡1𝑡2=2 𝐷𝑡2 0,5𝑡1 𝐹1𝑡2−𝐹2𝑡1= 2 𝐷 (𝑡1 0,5𝑡2− 𝑡2 0,5𝑡1)
Sehingga,
𝐷=
𝐹1𝑡2−𝐹2𝑡12 (𝑡1 0,5𝑡2− 𝑡2 0,5𝑡1) ......................................................
(6)
Nilai
D lalu dimasukkan ke dalam persamaan (4) atau (5) hingga diperoleh nilai C.
Nilai C dan D kemudian dimasukkan ke dalam persamaan Philip.
(Januar
dan Nora, 1999).
2.6 Curah Hujan
Hujan merupakan faktor yang paling penting di daerah tropika
sebagai agensi yang mampu merusak tanah melalui kemampuan energi kinetiknya
yang dijabarkan sebagai intensitas, durasi, ukuran butiran hujan dan kecepatan
jatuhnya. Faktor iklim dibedakan dalam dua kategori yakni bila curah hujan
tahunan <2500 mm diperhitungkan daya rusaknya akan lebih kecil dari pada
>2500 mm (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008).
Menurut
Lee (1990), hujan mempengaruhi kapasitas infiltrasi dengan berbagai cara.
Pemadatan oleh hujan secara drastis dapat mengurangi kemampuan tanah untuk
menyerap air dengan menghilangkan pori kapiler. Curah hujan tinggi dalam suatu
waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah. Demikian pula
bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi terjadi dalam waktu singkat. Hujan
akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu
yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga
sangat
berperan dalam menentukan erosi. Hal tersebut disebabkan karena dalam proses
erosi energi kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan
agregat-agregat tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah
hujan, intensitas dan kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir
hujan itu sendiri ditentukan ukuran butir-butir hujan dan angin (Utomo, 1989).
2.7 Infiltrometer
Alat infiltrometer yang biasa digunakan adalah jenis
infiltrometer ganda (double ring infiltrometer), yaitu satu
infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer silinder lain yang
lebih besar. Infiltrometer silinder yang lebih kecil mempunyai ukuran diameter
sekitar 30 cm dan infiltrometer yang besar mempunyai ukuran 46 hingga 50 cm.
Pengukuran hanya dilakukan pada silinder yang kecil. Silinder yang lebih besar
berfungsi sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek batas yang timbul
oleh adanya silinder (Asdak, 1995). Hal tersebut diperlukan pula agar air yang
berinfiltrasi tidak menyebar secara lateral di bawah permukaan tanah (Seyhan,
1990).
2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi
Beberapa
faktor yang mempengaruhi proses infiltrasi adalah persediaan air awal
(kelembaban awal), kegiatan biologi dan unsur organik dan jenis-jenis vegetasi
(Asdak 2004). Menurut Soesanto (2008), faktor-faktor yang mempengahui
infiltrasi adalah karakteristik permukaan tanah, transmisi lapisan tanah,
pengatusan dan kapasitas penampungan. Ada beberapa sifat fisik tanah yang dapat
mempengaruhi besarnya infiltrasi. Keterkaitan sifat fisik tanah dan infiltrasi
sangat besar karena keduanya saling mempengaruhi. Sifat fisik tanah merupakan
sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara, panas, air dan zat terlarut
melalui tanah. Sifat fisik tanah yang penting antara lain adalah tekstur tanah,
struktur, porositas dan stabilitas agregat. Beberapa sifat fisik tanah dapat dan
memang mengalami perubahan karena penggarapan tanah. Sifat fisik tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu batuan induk, iklim, vegetasi, topografi
dan waktu (Hardjowigeno
2003). Dalam proses infiltrasi sifat fisik tanah yang mempengaruhi adalah
tekstur, struktur, permeabilitas, bulk density dan kadar air tanah.
1. Topografi
Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan
dengan kemiringan besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar, sehingga
air kekurangan waktu untuk infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan
menjadi aliran permukaan. Sebaliknya, pada lahan yang datar air menggenang
sehingga mempunyai waktu cukup banyak untuk infiltrasi.
2. Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas
infiltrasi, jika intensitas curah hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi,
maka laju infiltrasi aktual adalah sama dengan intensitas hujan. Apabila
intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi
aktual sama dengan kapasitas infiltrasi.
Intensitas
hujan merupakan faktor yang menentukan apakah suatu lokasi akan mengalami
penggenangan atau banjir. Apakah banjir dikaitkan dengan laju infiltrasinya.
Artinya bila intensiatas hujan lebih besar dari laju infiltrasinya. (Basak,
1999)
3. Tekstur Tanah
Menurut Hardjowigeno (2007), kelas tekstur tanah menunjukkan
perbandingan butir-butir pasir (0,005-2 mm), debu (0,002-0,005 mm), dan liat
< 0,002 mm) di dalam fraksi tanah halus. Tekstur menentukan tata air, tata
udara, kemudahan pengelolaan, dan struktur tanah. Penyusun tekstur tanah
berkaitan erat dengan kemampuan memberikan zat hara untuk tanaman, kelengasan
tanah, perkembangan akar tanaman, dan pengelolaan tanah. Berdasarkan persentase
perbandingan fraksi-fraksi tanah, maka tekstur tanah dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu halus, sedang, dan kasar. Makin halus tekstur tanah
mengakibatkan kualitas tanah semakin menurun karena berkurangnya kemampuan
tanah dalam menghisap air.
Tekstur
tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)
(berdiameter 2,00 -0,20 mm atau 2000-200 𝜇𝑚,
debu (silt) (berdiameter 0,20-0,002 mm atau 200-2 𝜇𝑚) dan liat
(clay) (<2 𝜇𝑚)
(Hanafiah, 2005). Kelas tekstur ditentukan atas dasar perbandingan massa dari
ketiga fraksi tersebut. Tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat yang
berbeda menunjukkan kelas tekstur yang berbeda (Hillel, 1971).
4. Kerapatan Massa (Bulk Density)
Kerapatan
limbak tanah (bulk density) merupakan nisbah berat tanah teragregasi
terhadap volumenya, dengan satuan g/cm3 atau g/cc. Kepadatan tanah mengendalikan
kesarangan tanah dan kapasitas sekap air. Bobot isi (bulk density) merupakan
petunjuk tidak langsung aras kepadatan tanahnya, udara dan air, dan penerobosan
akar tumbuhan ke dalam tubuh tanah. Keadaan tanah yang padat dapat mengganggu
pertumbuhan tumbuhan karena akar-akarnya tidak berkembang dengan baik (Baver et
al. 1987 dalam Purwowidodo 2005).
Kerapatan limdak tanah
dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau dari lapisan ke lapisan sesuai dengan
perubahan ruang pori atau struktur tanah. Keragaman itu mencerminkan derajat
kepadatan tanah. Tanah dengan ruang pori berkurang dan berat tanah setiap
satuan bertambah menyebabkan meningkatnya kerapatan lindaknya. Tanah yang
mempunyai bobot besar akan sulit meneruskan air atau sukar ditembus akar
tanaman, sebaliknya tanah dengan kerapatan lindak rendah, akar tanaman lebih
mudah berkembang (Hardjowigeno 2003).
5. Permeabilitas
Tanah dengan struktur mantap adalah yang
memiliki permeabilitas dan drainase yang sempurna, serta tidak mudah
didispersikan oleh air hujan. Permeabilitas tanah dapat menghilangkan daya air
untuk mengerosi tanah, sedangkan drainase mempengaruhi baik buruknya pertukaran
udara. Faktor
tersebut selanjutnya mempengaruhi
kegiatan mikroorganisme perakaran dalam tanah. Selanjutnya, kelas permeabilitas
akan disajikan dalam Tabel 2.
Tabel - 2. Permeabilitas Tanah
No
|
Kelas
Permeabilitas
|
(cm/jam)
|
1
|
Sangat lambat
|
<
0,125
|
2
|
Lambat
|
0,
125 – 0,50
|
3
|
Agak lambat
|
0,5
– 2,0
|
4
|
Sedang
|
2,0
– 6,25
|
5
|
Agak cepat
|
6,25
– 12,5
|
6
|
Cepat
|
12,5
– 25
|
7
|
Sangat cepat
|
>
25
|
Aliran permukaan (erosi) dipengaruhi
oleh kapasitas infiltrasi dan permeabilitas dari lapisan tanah. Apabila
kapasitas infiltrasi dan permeabilitas besar dan mempunyai lapisan kedap yang
dalam maka aliran permukaan rendah, sedangkan untuk tanah yang bertekstur halus
maka penyerapan air akan semakin lambat dan aliran permukaan akan semakin
tinggi (Rahim 2003).
6.
Ruang Pori atau Porositas
Volume
pori atau porositas adalah persentase dari seluruh volume tanah, yang tidak
diisi bahan padat, terdiri atas pori yang bermacam ukuran dan bentuk mulai dari
ruang submikroskopis dan mikroskopis di antara partikel primer sampai pada
pori-pori besar dan lorong yang dibuat akar dan binatang yang meliang (Rahim
2003). Porositas tanah akan menentukan kapasitas penampungan air infiltrasi,
juga menahan terhadap aliran. Semakin besar porositas maka kapasitas menampung
air infiltrasi semakin besar. Proses infiltrasi akan meningkatkan kadar air
pada kondisi kapasitas
lapang, di mana
kandungan air dalam tanah maksimum yang dapat ditahan oleh partikel tanah
terhadap gaya tarik bumi. Jumlah air yang diperlukan untuk mencapai kondisi
kapasitas lapang disebut soil moisture difienciency (Soesanto 2008).
7. Bahan Organik Tanah
Tanah tersusun oleh bahan
padatan, air dan udara.Bahan padatan ini meliputi bahan mineral berukuran
pasir, debu, dan liat, serta bahan organik.Bahan organik tanah biasanya
menyusun 5% bobot total tanah, meskipun hanya sedikit tetapi memegang peran
penting dalam menentukan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun
secara biologis tanah.Komponen tanah yang berfungsi sebagai media tumbuh, maka
bahan organik juga berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tanaman dan mikrobia tanah, yaitu sebagai sumber energi, hormon,
vitamin, dan senyawa perangsang tumbuh lainnya.Secara fisik bahan organik
berperan dalam menentukan warna tanah menjadi coklat-hitam, merangsang
granulasi, menurunkan plastisitas dan kohesi tanah (Brady, 1984), memperbaiki
struktur tanah menjadi lebih remah sehingga laju infiltrasi lebih tinggi, dan
meningktakan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,
kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil (Hanafiah, 2005).
Bab III
Metodologi
Penelitian
1. Waktu dan tempat penelitian
Waktu dan tempat penelitian dilakukan
pada bulan april dikawasan industri daerah jakarta utara tepatnya didaerah
marunda. Untuk mengetahui tentang jenis tanah guna untuk mendapatkan informasi
mengenai daerah resapan air didaerah kawasan industri (Marunda-Cilincing,
Jakarta Utara).
2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
adalah air, sample tanah, alat tulis, stopwatch, bak penampung tanah, pasir,
batu krikil dan kamera.
3. Metode penelitian
Pengetesan laju infiltrasi
dilakukan sangat sederhana sekali, hanya mengambil nilai rata-ratanya saja.
Sebab daerah tersebut merupakan daerah yang kontur tanahnya lembab oleh sebab
itu kita dapat simpulkan bahwa laju infiltrasi didaerah tersebut sangat kurang
baik. Kelembapan tersebut terjadi dikarenakan daerah marunda terletak dipesisir
laut utara jadi tekstur tanahnya agak sedikit lembap dan hampir berlumpur. Akan
tetapi hal ini tidak serta merta merata kesemua kontur tanah yang lembab
seperti itu, pada saat pengujian dilapisi dengan pasir laju infiltrasinya
berbeda dengan yang menggunakan tanah saja dan yang paling berbeda lagi adalah
ketika pengujian dilakukan dengan menggunakan tanah, pasir dan batu krikil.
Laju infiltrasinya makin cepat.
Gambar – 4. Proses pengujian
laju infiltrasi terhadap tanah dan tanah yang divariasikan dengan pasir serta
krikil.
Hal ini sudah dibahas pada
teori pembahasan mengenai infiltrasi diatas, yaitu yang membedakan antara
ketiganya adalah kerapatan pori untuk meresapnya air akibat gaya gravitasi. Yang
terjadi pada tanah adalah kerapatan pori-porinya sangatlah rapat, akan tetapi
berbeda pada tanah yang kita variasikan dengan pasir, pori-porinya sedikit
memberikan celah untuk masuknya air walaupun dilihat dari segi bahan tingkat
kerapatannya sedikit juga berbeda antara pasir dan tanah. Dan yang terakhir
adalah kita variasikan tanah, pasir dan batu krikil. Pada proses ini jelas
terlihat dari segi bentuk masing-masing media berbeda-beda dan dari situ pula
lah rongga-rongga yang terbentuk juga agak besar dibandingkan dengan kedua proses
yang telah kita lakukan tadi yang menjadikan waktu yang diperlukan untuk
meresapnya air yang kedalam tanah tidak selama waktu yang diperlukan air untuk
meresap kemedia tanah.
4. Analisis Data
Dari pengujian yang telah kita
lakukan, faktor tanah menjadi salah satu pokok permasalahan yang sangat vital
yang menjadi menurunnya daya infiltrasi terhadap tanah. Kelembaban yang
terkandung ditanah ini tidak bisa terelakan lagi dikarenakan banyak faktor yang
terjadi dilapangan sehingga menyebabkan tekstur tanah didaerah tersebut
(marunda) sangat buruk.
Bab IV
Kondisi Umum
LokasiPenelitian
1) Letak
Marunda merupakan salah satu
kelurahan yang luasnya mencapai 413.8 ha yang berada dikecamatan cilincing
Jakarta Utara. Kelurahan ini berbatasan dengan laut jawa disebelah utara,
cilincing disebelah barat, kabupaten bekasi disebelah timur dan Rorotan
disebelah selatan.
Gambar - 5 Peta Lokasi
Kelurahan Marunda
2) Tofografi
Secara geografis marunda
terletak didaerah pesisir laut jawa. Yaitu sebelah utara marunda langsung
berbatasan dengan laut jawa. Dan ini pun menjadi sala satu ladang mata
pencaharian warga sekitar yaitu sebagai nelayan ataupun membuat tambak ikan.
Dan ikan bandenglah menjadi pilihan warga sekitar melihat dari Ph dan kadar
tanah yang berlumpur.
Gambar – 6.
Kondisi pemukiman warga didaerah marunda
3) Tanah
Tanah didaerah tersebut
tergolong sangat buruk untuk menunjang laju ifiltrasi dikarenakan tekstur tanah
didaerah tersebut sangat lembab. Hal ini mengingat letak daerah tersebut
(marunda) berbatasan langsung dengan laut jawa, ini tidak bisa kita pungkiri
lagi sebab rata-rata tekstur tanah didaerah jakarta utara memang tergolong
lembab.
Gambar – 7. Contoh tekstur rata-rata tanah didaerah
Marunda
4) Iklim
Cuaca didaerah tersebut tergolong
panas, musim huja tidakn dan musim kemarau didominasi dengan musim kemarau yang
lebih banyak. Hal ini bisa kita bandingkan dengan didaerah sekitar seperti
bekasi terjadi perbedaan walaupun letaknya tidak berjauhan.
Bab V
Hasil dan Kesimpulan
Tekstur
dan struktur tanah sangat mempengaruhi hampir setiap sifat fisik tanah. Sifat
fisik yang baik akan meningkatkan nilai infiltrasi, sedangkan sifat fisik tanah
yang rusak jelas akan menurunkan nilai infiltrasi. Jika nilai infiltrasi rendah
maka cadangan air tanah akan menurun dan nilai perkolasi juga kecil. Dan factor
pengrusak ini pun menjadi bermacam-macam, ada factor internal yang berasal dari
sifat tanah itu sendiri ataupun factor eksternal yang berasal dari luar
(ekosistem).
Melihat kondisi tanah
didaerah marunda, tanah ini tergolong kedalam tanah yang lembab yang
dimana letak daerah tersebut masih bersinggungan langsung dengan laut jawa.
Maka kelembaban yang terjadi sangatlah buruk dan agak berpasir. Hal ini
menyebabkan didaerah tersebut laju infiltrasinya kurang baik. Disamping itu
factor-faktor pengrusakan ekosistem juga sangat mempengaruhi, yaitu dimana
tidak adanya lagi daerah-daerah resapan air yang ada hanyalah bangunan
pabrik-pabrik mewah dan luas yang menghampar didaerah tersebut. Maka perlu adanya
upaya dari diri kita untuk menjaga kelestarian lingkungan tersebut dengan cara
:
1. Menanam
pohon diarea lingkungan tempat tinggal dan pabrik-pabrik.
Fenomena yang sangat memprihatinkan yang
saya lihat adalah tidak adanya penghijauan didaerah pemukiman penduduk.
Rumah-rumah penduduk berada disamping pabrik-pabrik yang sewaktu-waktu
menimbulkan asap yang sangat pekat yang tidak baik untuk kesehatan. Belum lagi
soal limbah yang dituimbulkan oleh pabrik tersebut yang pembuangannya pun
seolah-olah tidak mempunyai aturan.
Gambar
– 8. Penanaman pohon dilingkungan pabrik didaerah marunda
2. Menjaga
daerah aliran sungai
Sungai menjadi solusi terbaik untuk
mengurangi banjir akan tetapi apabila penanganannya kurang baik dampak yang
ditimbulkannya pun tidak sedikit. Yang terjadi didaerah tersebut adalah
sungai-sungai yang terletak disekitar kawasan industry hanya menjadi hiasan
bangunan saya akan tetapi tidak serta merta menjadi fungsi seutuhnya.
Dikarenakan kurangnya penanganan yang berlanjut untuk menjaga dan membersihkannya.
Gambar – 9. Kondisi sungai yang tidak
berfungsi didaerah marunda
3. Membangun
sumur-sumur resapan
Aktifitas didaerah tersebut sangatlah
padat, baik aktifitas pabrik maupun warga sekitar dan akibat yang ditimbulkan
adalah penurunan tanah menjadi tidak dapat ditolak lagi. Tanah-tanah menjadi
sangat padat dan pori-porinya pun semakin mengecil sehingga untuk air masuk
kedalam tanah agak sulit disamping mengingat kontur tanah yang lembab. Ini
harus kita tindak lanjuti dengan mengunakan sumur resapan yang dalam guna
membantu infiltrasi serta perkolasi yang terjadi sehingga air tanah dapat
terjaga.
Gambar
– 10. Salah satu daerah resapan air yang tidak berfungsi secara maksimal
4. Menjaga
kebersihan lingkungan dari sampah
Sampah menjadi masalah tidak hanya
terjadi didaerah ini akan tetapi diseluruh daerah diindonesia, akan tetapi hal
ini kembali ke pribadi kita masing-masing didalam menyikapinya. Agar lingkungan
dapat menjadi bersih bebas dari segala macam penyakin dan sebab-sebab lainnya
yang ditimbulkan oleh sampah itu tadi.
Gambar
– 11. Pembuangan sampah sembarangan dipinggir jalan umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar